BAHKAN BUMI PUN BERSAKSI

Sains
BAHKAN BUMI PUN BERSAKSI
Ketika manusia menyalibkan Sang Kasih, maka alam tak tinggal diam. Injil Matius mencatat: tirai bait Allah terbelah, bumi terguncang, batu-batu terbelah. Dan kini, ribuan tahun kemudian, sains membisikkan hal yang sama, mengisyaratkan kebenaran itu–sebuah gempa sungguh terjadi–sekitar tahun 26–36 Masehi, tepat dalam bingkai waktu penyaliban Yesus.
Penelitian dari tim geologi internasional, memeriksa lapisan lumpur di dasar Laut Mati. Mereka tidak mencari iman, hanya kebenaran. Dan di sanalah mereka menemukan jejak gempa itu–tersembunyi dalam diamnya bumi. Sebuah guncangan yang tak hanya menggoyang tanah, tapi juga menggugah hati yang mencari makna.
Apakah alam bersedih? Atau alam menjerit karena keadilan telah disalib? Tak ada yang bisa memastikannya. Tapi kita tahu, bahkan batu pun bisa bersaksi saat manusia memilih bungkam.
Ini bukan soal agama. Ini soal kesadaran: bahwa semesta pun tak sanggup diam menyaksikan cinta dikorbankan.
Dan mungkin, dalam guncangan itu, bumi mengajarkan: bahwa penderitaan yang tulus tidak (akan) pernah sia-sia. Bahwa luka yang suci, akan mengguncang bukan hanya sejarah–tapi juga hati manusia– sepanjang segala masa.
(𝘛𝘦𝘳𝘪𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘳𝘮𝘢𝘵 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘪𝘮𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨).
By: HT
Sumber:
Williams, Jefferson B., Markus J. Schwab, and A. Brauer. “𝘈𝘯 𝘦𝘢𝘳𝘭𝘺 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵-𝘤𝘦𝘯𝘵𝘶𝘳𝘺 𝘦𝘢𝘳𝘵𝘩𝘲𝘶𝘢𝘬𝘦 𝘪𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘋𝘦𝘢𝘥 𝘚𝘦𝘢.” International Geology Review, 2012.