JOKOWI PULANG

JOKOWI
JOKOWI PULANG
ππ¦π΅πͺπ¬π’ ππ¦π©π’π₯πͺπ³π’π― ππ¦π―π«π’πΈπ’π£ ππ¦π¨π’ππ’ ππͺπ΅π―π’π©
Di bawah teduh dan rindangnya kenangan kampus, Jokowi berdiri bukan sebagai Presiden Ketujuh RI, tapi sebagai kawan seperjuangan–alumnus angkatan ’80 Fakultas Kehutanan UGM. Senyumnya menyiratkan kelegaan, candanya tentang "Mulyono Asli" menyentil halus– namun sekaligus menggedor keras ke arah mereka yang tak lelah menyebar keraguan.
Kehadiran Jokowi di Reuni 45 Tahun hari ini (26/7/2025) bukan sekadar nostalgia, tapi sebuah "jawaban sosial" dan "legitimasi moral" yang tak terbantahkan. Jokowi hadir, berdiri, bicara–tidak membawa dokumen ijazah, tapi membawa tubuhnya sendiri yang pernah duduk di bangku kuliah, menulis skripsi, menyusuri lorong-lorong kehutanan, dan lulus dengan layak.
Masih adakah yang mempersoalkan ijazahnya? Masih adakah yang mencari-cari "celah palsu" dari hidup seseorang yang begitu terbuka jejaknya?
Mereka bukan pencari kebenaran, mereka tak lebih dari perakit keraguan. Tukang gaduh yang menabuh genderang fitnah, sambil pura-pura menyebut diri pejuang moral.
Di tengah gaduh dunia yang kehilangan arah, kadang kita lupa bahwa yang sejati tak selalu perlu membela diri. Ia cukup hadir. Maka hadirlah Jokowi–bukan di istana, tapi di antara akar dan daun-daun masa mudanya. Diamnya membungkam. Tawanya menyentuh. Dan langkahnya, tetap tegak!
Pesannya sederhana, namun maknawi:
Kebenaran tidak memerlukan perdebatan tanpa ujung. Ia hanya perlu ruang untuk hadir. Dan saat kebenaran hadir–itu isyarat bagi kita untuk tidak terseret oleh mereka–kaum yang memuliakan keonaran. Jadilah kaum yang memuliakan kebenaran, bukan keonaran.
By: HT